Mesin Pencari (masukkan kata kunci)

30 Maret, 2013

Kultur Sekolah

Di era globalisasi, pendidikan sungguh menghadapi berbagai tantangan yang semakin berat. Pendidikan tidak hanya dituntut untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan sosial yang ada, namun lebih dari itu, juga dituntut untuk mampu mengantisipasi perubahan dalam menyiapkan generasi muda untuk mengarungi kehidupannya di masa datang.
Sekolah sebagai suatu sistem memiliki empat aspek pokok yg sangat berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni: 1. Proses belajar mengajar, 2. Kepemimpinan dan manajemen sekolah, 3. Sarana prasarana, serta 4. Kultur sekolah. Secara konvensional program aksi yang dilakukan senantiasa menekankan pada aspek pertama, yakni meningkatkan mutu PBM, sedikit menyentuh aspek kedua dan ketiga, dan hampir tidak pernah menyentuh aspek kultur sekolah. Sudah barang tentu pilihan tersebut tidak terlalu salah, karena aspek pertama itulah yang paling dekat dengan prestasi siswa.
Namun, sejauh ini bukti-bukti telah menunjukkan bahwa sasaran peningkatan kualitas pada aspek PBM saja tidak cukup. Dengan kata lain perlu dikaji untuk melakukan pendekatan in-konvensional yakni, meningkatkan mutu dengan sasaran mengembangkan kultur sekolah. Faktor penentu kualitas pendidikan tidak hanya dalam wujud fisik, seperti keberadaan guru yang berkualitas, ketersediaan sarana prasarana yang lengkap, tetapi juga dalam wujud non-fisik, yakni berupa "kultur sekolah". Dampak kultur sekolah terhadap prestasi siswa sangatlah kuat, meskipun tidak bersifat langsung, melainkan lewat berbagai variabel, antara lain seperti semangat kerja keras, kebersamaan, rela berkorban dan kemauan untuk berprestasi.
Kultur sekolah sangat vital perannya bagi sebuah proses pendidikan. Jika budaya sekolah sudah mapan, siapa pun yang masuk dan bergabung ke sekolah itu hampir secara otomatis akan mengikuti tradisi yang telah ada. Sayangnya selama ini kita lebih sibuk berbicara kurikulum, jumlah ketersediaan guru, tunjangan guru, dan target kelulusan dalam ujian nasional; sedikit sekali berbicara tentang budaya sekolah. Padahal akhir-akhir ini pemerintah mulai berbicara pentingnya pembentukan karakter dengan dicanangkannya program Pendidikan Karakter Bangsa (PKB) yang diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran.
Tanpa budaya sekolah yang bagus akan sulit melakukan pendidikan karakter bagi anak-anak didik kita. Sebuah budaya mengasumsikan kehidupan yang berjalan natural, tidak lagi dirasakan sebagai beban. Dengan demikian, proses pendidikan dan beban kurikulum sekolah tidak lagi dirasakan sebagai beban yang berat.
Kultur Sekolah adalah tradisi sekolah yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan spirit dan nilai-nilai yang dianut sekolah. Tradisi itu mewarnai kualitas kehidupan sebuah sekolah. Oleh karena itu, nilai-nilai yang ditunjukkan dari yang paling sederhana, misalnya cara mengatur parkir kendaraan guru, siswa, dan tamu, memasang hiasan di dinding-dinding ruangan, sampai persoalan-persoalan menentukan seperti kebersihan kamar kecil, cara guru dalam pembelajaran di ruang-ruang kelas, cara kepala sekolah memimpin pertemuan bersama staf, merupakan bagian integral dari sebuah kultur sekolah (Pengembangan Kultur Sekolah, Depdiknas, 2004, hlm. 11)
Kultur sekolah merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh warga sekolah, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai-nilai dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan, dan sekaligus cara untuk memandang persoalan serta memecahkannya. Menurut Clifford Geertz kultur sekolah dapat dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah ini dipegang bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa, sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.
Kultur sekolah yang "sehat" memiliki korelasi yang tinggi dengan a) prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi, b) sikap dan motivsi kerja guru,  dan, c) produktivitas dan kepuasan kerja guru/karyawan. Namun demikian, kultur sekolah harus dilihat sebagai suatu kesatuan sekolah yang utuh. Artinya, harus dilihat dan dijelaskan dalam kaitan dengan aspek yang lain, seperti, a) rangsangan untuk berprestasi, b) penghargaan yang tinggi terhadap prestasi, c) komunitas sekolah yang tertib, d) pemahaman tujuan sekolah, e) ideologi organisasi yang kuat, f) partisipasi orang tua siswa, g) kepemimpinan kepala sekolah, dan, h) hubungan akrab di antara warga sekolah.
Kepala sekolah harus memahami kultur sekolah, dan menyadari bahwa hal itu tidak lepas dari struktur dan pola kepemimpinannya. Pengembangan kultur sekolah yang "sehat" harus dimulai dari kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah harus mengembangkan kepemimpinan berdasarkan dialog, saling perhatian dan pengertian satu dengan yang lain. Biarlah guru, staf administrasi bahkan siswa menyampaikan pandangannya, mana segi positif dan mana negatif, khususnya berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, struktur organisasi, nilai-nilai dan norma-norma, kepuasan terhadap kelas, dan produktivitas sekolah.
Kepala sekolah dan guru harus mampu memahami lingkungan yang spesifik di sekolahnya tersebut. Karena, akan memberikan perspektif dan kerangka dasar untuk melihat, memahami dan memecahkan berbagai problem yang terjadi di sekolah. Dengan dapat memahami permasalahan yang kompleks sebagai suatu kesatuan secara mendalam, kepala sekolah dan guru akan memiliki nilai-nilai dan sikap yang amat diperlukan dalam menjaga dan memberikan lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya proses pendidikan.
Sebagai suatu masyarakat kecil, sekolah merupakan cermin dari masyarakat dimana sekolah itu berada. Apa yang terdapat dan terjadi di masyarakat, pada dasarnya terwujud juga dalam sekolah. Di sekolah terdapat aturan-aturan yang mengikat para anggotanya, baik peserta didik maupun guru. Ada norma-norma dalam pergaulan yang harus dipatuhi, terdapat interaksi antara sesamanya baik secara individual maupun kelompok, terdapat konflik-konflik interes baik yang nampak maupun tersembunyi. Sangsi-sangsi akan dijatuhkan kepada siapa saja yang melanggar tatanan yang ada dan penghargaan akan diberikan bagi mereka yang berprestasi. Hak-hak dan kewajiban guru dan murid diakui.
(Diadopsi dan diadaptasi dari berbagai sumber)

Adapun kultur sekolah yang dikembangkan di SMP Negeri 2 Trenggalek yakni:
·  Imtaq
·  Ramah
·  Sopan
·  Disiplin
·  Tepat waktu 
·  Tertib
·  Rapi
·  Gemar membaca
·  Gemar menulis
·  Kerja sama
·  Gotong royong
·  Berani
·  Jujur
·  Tanggung jawab
·  Suka menolong
·  Keteladanan
·  Cinta tanah air
·  Bersih diri,
·  Peduli lingkungan
·  Kesehatan diri
·  Rajin menabung
·  Setia
·  Hemat
·  Cermat
·  Kemauan kuat
·  Kerja keras
·  Ulet
·  Pantang menyerah
·  Tabah
·  Sabar
·  Ikhlas
·  Bersyukur
·  Suka beramal
·  Kekeluargaan
·  Peduli
·  Kompetisi
.  Sportif
·  Reorganisasi
·  Musyawarah
·  Demokratis
·  Menerima perbedaan
·  Rela berkorban
·  Pemberian sangsi
·  Penghargaan


Foto-foto yang menggambarkan dan merupakan perwujudan kultur sekolah di SMP Negeri 2 Trenggalek, lihat DI SINI

3 komentar:

  1. bgm klo kultur sekol@h dit@mb@H:T@qw@ kep@d@ Tuh@n,cerm@t,seti@,d@p@t diperc@y@,bers@h@j@.

    BalasHapus
  2. Aq jg sangat setuju usul b. Endang TDA tanbah pantang menyerah, Ulet, kreatif dan inovatif.

    BalasHapus
  3. Makasih usulnya diterima, tu' kakak2 pembina

    BalasHapus