Mesin Pencari (masukkan kata kunci)

Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ARTIKEL. Tampilkan semua postingan

27 April, 2013

Info Status SK-TPP Tahun 2013

Keresahan dan kebingungan guru-guru berkaitan dengan masalah ketidakpastian pencairan Tunjangan Profesi tahun 2013 ini semakin nyata. Hal ini disebabkan berbagai faktor antara lain:
  1. Tidak ada kejelasan dan kepastian Informasi dari Dinas Pendidikan Kab.
  2. System Dapodik masih sering berubah-ubah (belum sempurna)
  3. Banyaknya isu bersliweran yang belum pasti kebenarannya.
Berdasarkan perkembangan terkini system dapodik, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat diterbitkannya SK-TPP yang akan digunakan sebagai dasar pencairan Tunjangan Profesi Guru Th 2013, maka guru tersebut harus harus memenuhi 3 syarat yaitu:
  1. Jumlah Jam Mengajar (JJM) minimal 24
  2. Mapel yang diampu harus Linier dengan Sertifikat Pendidik yg dimiliki
  3. JJM Linier harus berada pada Rombel Normal (rombel normal yaitu jika jumlah jam sesuai dengan struktur KTSP (36 jp/pekan) dan mapel yg sama tidak diajarkan oleh lebih dari satu guru)
Jika ketiga syarat tersebut dipenuhi maka, otomatis guru yang bersangkutan akan berstatus Sudah SK.
Untuk pengecekan dan melihat Status SK-TPP anda silakan klik di SINI
Selanjutnya akan muncul tampilan seperti di bawah ini:
 
Selanjutnya silakan login dengan memasukkan NUPTK dan Password  berupa tg lahir anda dg format: tahun-bulan-tanggal seperti ini YYYYMMDD. Contoh jika tg lahir anda 2 April 1964 maka passwordnya 19640402
Jika anda sudah memenuhi 3 syarat di atas, maka status anda adalah Sudah SK, dan tampak seperti tampilan berikut ini
Akan tetapi  jika anda belum memenuhi 3 syarat di atas, maka yang muncul hanya tampilan seperti ini
 
Selamat mencoba. Semoga bermanfaat.
Bagi anda yang belum berstatus Sudah SK, mumpung masih ada waktu sebaiknya segera disikapi dan ditindaklanjuti. Silakan anda berkoordinasi dengan operator sekolah untuk klarifikasi dan jika perlu direvisi kalau masih ada kesalahan entry data. Tapi bagaimanapun peran sekolah tetap diperlukan untuk memfasilitasi semua ini. Khan mestinya begitu BOSS!. OK.

Untuk pengecekan info data PTK secara lengkap klik di SINI
Selengkapnya...

30 Maret, 2013

Kultur Sekolah

Di era globalisasi, pendidikan sungguh menghadapi berbagai tantangan yang semakin berat. Pendidikan tidak hanya dituntut untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan sosial yang ada, namun lebih dari itu, juga dituntut untuk mampu mengantisipasi perubahan dalam menyiapkan generasi muda untuk mengarungi kehidupannya di masa datang.
Sekolah sebagai suatu sistem memiliki empat aspek pokok yg sangat berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni: 1. Proses belajar mengajar, 2. Kepemimpinan dan manajemen sekolah, 3. Sarana prasarana, serta 4. Kultur sekolah. Secara konvensional program aksi yang dilakukan senantiasa menekankan pada aspek pertama, yakni meningkatkan mutu PBM, sedikit menyentuh aspek kedua dan ketiga, dan hampir tidak pernah menyentuh aspek kultur sekolah. Sudah barang tentu pilihan tersebut tidak terlalu salah, karena aspek pertama itulah yang paling dekat dengan prestasi siswa.
Namun, sejauh ini bukti-bukti telah menunjukkan bahwa sasaran peningkatan kualitas pada aspek PBM saja tidak cukup. Dengan kata lain perlu dikaji untuk melakukan pendekatan in-konvensional yakni, meningkatkan mutu dengan sasaran mengembangkan kultur sekolah. Faktor penentu kualitas pendidikan tidak hanya dalam wujud fisik, seperti keberadaan guru yang berkualitas, ketersediaan sarana prasarana yang lengkap, tetapi juga dalam wujud non-fisik, yakni berupa "kultur sekolah". Dampak kultur sekolah terhadap prestasi siswa sangatlah kuat, meskipun tidak bersifat langsung, melainkan lewat berbagai variabel, antara lain seperti semangat kerja keras, kebersamaan, rela berkorban dan kemauan untuk berprestasi.
Kultur sekolah sangat vital perannya bagi sebuah proses pendidikan. Jika budaya sekolah sudah mapan, siapa pun yang masuk dan bergabung ke sekolah itu hampir secara otomatis akan mengikuti tradisi yang telah ada. Sayangnya selama ini kita lebih sibuk berbicara kurikulum, jumlah ketersediaan guru, tunjangan guru, dan target kelulusan dalam ujian nasional; sedikit sekali berbicara tentang budaya sekolah. Padahal akhir-akhir ini pemerintah mulai berbicara pentingnya pembentukan karakter dengan dicanangkannya program Pendidikan Karakter Bangsa (PKB) yang diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran.
Tanpa budaya sekolah yang bagus akan sulit melakukan pendidikan karakter bagi anak-anak didik kita. Sebuah budaya mengasumsikan kehidupan yang berjalan natural, tidak lagi dirasakan sebagai beban. Dengan demikian, proses pendidikan dan beban kurikulum sekolah tidak lagi dirasakan sebagai beban yang berat.
Kultur Sekolah adalah tradisi sekolah yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan spirit dan nilai-nilai yang dianut sekolah. Tradisi itu mewarnai kualitas kehidupan sebuah sekolah. Oleh karena itu, nilai-nilai yang ditunjukkan dari yang paling sederhana, misalnya cara mengatur parkir kendaraan guru, siswa, dan tamu, memasang hiasan di dinding-dinding ruangan, sampai persoalan-persoalan menentukan seperti kebersihan kamar kecil, cara guru dalam pembelajaran di ruang-ruang kelas, cara kepala sekolah memimpin pertemuan bersama staf, merupakan bagian integral dari sebuah kultur sekolah (Pengembangan Kultur Sekolah, Depdiknas, 2004, hlm. 11)
Kultur sekolah merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh warga sekolah, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai-nilai dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan lingkungan, dan sekaligus cara untuk memandang persoalan serta memecahkannya. Menurut Clifford Geertz kultur sekolah dapat dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah ini dipegang bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa, sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.
Kultur sekolah yang "sehat" memiliki korelasi yang tinggi dengan a) prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi, b) sikap dan motivsi kerja guru,  dan, c) produktivitas dan kepuasan kerja guru/karyawan. Namun demikian, kultur sekolah harus dilihat sebagai suatu kesatuan sekolah yang utuh. Artinya, harus dilihat dan dijelaskan dalam kaitan dengan aspek yang lain, seperti, a) rangsangan untuk berprestasi, b) penghargaan yang tinggi terhadap prestasi, c) komunitas sekolah yang tertib, d) pemahaman tujuan sekolah, e) ideologi organisasi yang kuat, f) partisipasi orang tua siswa, g) kepemimpinan kepala sekolah, dan, h) hubungan akrab di antara warga sekolah.
Kepala sekolah harus memahami kultur sekolah, dan menyadari bahwa hal itu tidak lepas dari struktur dan pola kepemimpinannya. Pengembangan kultur sekolah yang "sehat" harus dimulai dari kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah harus mengembangkan kepemimpinan berdasarkan dialog, saling perhatian dan pengertian satu dengan yang lain. Biarlah guru, staf administrasi bahkan siswa menyampaikan pandangannya, mana segi positif dan mana negatif, khususnya berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, struktur organisasi, nilai-nilai dan norma-norma, kepuasan terhadap kelas, dan produktivitas sekolah.
Kepala sekolah dan guru harus mampu memahami lingkungan yang spesifik di sekolahnya tersebut. Karena, akan memberikan perspektif dan kerangka dasar untuk melihat, memahami dan memecahkan berbagai problem yang terjadi di sekolah. Dengan dapat memahami permasalahan yang kompleks sebagai suatu kesatuan secara mendalam, kepala sekolah dan guru akan memiliki nilai-nilai dan sikap yang amat diperlukan dalam menjaga dan memberikan lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya proses pendidikan.
Sebagai suatu masyarakat kecil, sekolah merupakan cermin dari masyarakat dimana sekolah itu berada. Apa yang terdapat dan terjadi di masyarakat, pada dasarnya terwujud juga dalam sekolah. Di sekolah terdapat aturan-aturan yang mengikat para anggotanya, baik peserta didik maupun guru. Ada norma-norma dalam pergaulan yang harus dipatuhi, terdapat interaksi antara sesamanya baik secara individual maupun kelompok, terdapat konflik-konflik interes baik yang nampak maupun tersembunyi. Sangsi-sangsi akan dijatuhkan kepada siapa saja yang melanggar tatanan yang ada dan penghargaan akan diberikan bagi mereka yang berprestasi. Hak-hak dan kewajiban guru dan murid diakui.
(Diadopsi dan diadaptasi dari berbagai sumber)

Adapun kultur sekolah yang dikembangkan di SMP Negeri 2 Trenggalek yakni:
·  Imtaq
·  Ramah
·  Sopan
·  Disiplin
·  Tepat waktu 
·  Tertib
·  Rapi
·  Gemar membaca
·  Gemar menulis
·  Kerja sama
·  Gotong royong
·  Berani
·  Jujur
·  Tanggung jawab
·  Suka menolong
·  Keteladanan
·  Cinta tanah air
·  Bersih diri,
·  Peduli lingkungan
·  Kesehatan diri
·  Rajin menabung
·  Setia
·  Hemat
·  Cermat
·  Kemauan kuat
·  Kerja keras
·  Ulet
·  Pantang menyerah
·  Tabah
·  Sabar
·  Ikhlas
·  Bersyukur
·  Suka beramal
·  Kekeluargaan
·  Peduli
·  Kompetisi
.  Sportif
·  Reorganisasi
·  Musyawarah
·  Demokratis
·  Menerima perbedaan
·  Rela berkorban
·  Pemberian sangsi
·  Penghargaan


Foto-foto yang menggambarkan dan merupakan perwujudan kultur sekolah di SMP Negeri 2 Trenggalek, lihat DI SINI
Selengkapnya...

01 Januari, 2013

Solusi Pengelolaan Sampah (3R)

3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sampai sekarang masih menjadi cara terbaik dalam mengelola dan menangani sampah dengan berbagai permasalahannya. Penerapan sistem 3R atau reuse, reduce, dan recycle menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah di samping mengolah sampah menjadi kompos atau meanfaatkan sampah menjadi sumber listrik (PLTSa; Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Justru pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari.
3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat.
Melakukan 3R (Reuse Reduce Recycle) Setiap Hari. Mengelola sampah dengan sistem 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja (setiap hari), di mana saja, dan tanpa biaya. Yang dibutuhkan hanya sedikit waktu dan kepedulian kita.
Berikut adalah kegiatan 3R (Reuse Reduce Recycle) yang dapat dilakukan di rumah, sekolah, kantor, ataupun di tempat-tempat umum lainnya.


Contoh kegiatan reuse sehari-hari:
1. Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.
2.   Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.
3.   Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
4.   Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
5.   Gunakan email (surat elektronik) untuk berkirim surat.
6.   Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan

Contoh kegiatan reduce sehari-hari:
1.   Pilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.
2.   Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar.
3.   Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang bisa diisi ulang kembali).
4.   Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali.
5.   Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
6.   Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
7.   Hindari membeli dan memakai barang-barang yang kurang perlu.

Contoh kegiatan recycle sehari-hari:
1.   Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
2.   Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
3.   Lakukan pengolahan sampah organic menjadi kompos.
4.   Lakukan pengolahan sampah non organic menjadi barang yang bermanfaat.

3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sebenarnya sederhana dapat dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja serta tidak membutuhkan biaya yang besar. Namun dari 3R yang sederhana ini bisa memberikan dampak yang signifikan bagi penanganan sampah yang sering menjadi permasalahan di sekitar kita. Ingin melihat dampaknya, langsung saja dicoba!

Selengkapnya...

01 November, 2010

Kisah Tukang Bakso

Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai .. Hujan rintik-rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.
Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor ..... terdengar suara tek ... tekk .. . Tek ... suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat ..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak-anak, siapa yang mau bakso?
"Mauuuuuuuuu ..", secara serempak dan kompak anak-anak asuhku menjawab.
Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya.
Ada satu hal yang menggelitik pikiranku selama ini ketika saya membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya pada rasa penasaranku selama ini.
"Mang kalo bisa tahu, kenapa uang-uang itu pisahkan? Barangkali ada tujuan? "
"Iya pak, memang sengaja saya memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak saya, mana yang menjadi hak orang lain / amal ibadah, dan mana yang menjadi hak cita-cita penyempurnaan iman seorang muslim ".
"Maksudnya ...?",
Selengkapnya...

Kisah Inspiratif

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan....
Di dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, Imam Ghazali pun menceritakan riwayat Abdullah bin Ja’far yang terkenal dermawan itu. Beliau adalah putera dari Ja’far bin Abu Thalib, pahlawan yang tewas dalam perang Mu’tah. Suatu kali dia....


Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai ...
Selengkapnya...

Pengemis Buta

Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya”.

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?” Aisyah RA menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja”. “Apakah itu?”, tanya Abubakar RA. “Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana”, kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapakah kamu?” Abubakar RA menjawab, “Aku orang yang biasa (mendatangi engkau)”. “Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, bantah si pengemis sibuta itu. “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku”, pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW”.

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia….”

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau? Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq.

Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah baiknya kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita sanggup melakukannya.

Sebarkanlah riwayat ini ke sebanyak orang apabila kamu mencintai Rasulullahmu…


Selengkapnya...

Sebuah Kisah Tentang EMPATI

Di dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, Imam Ghazali pun menceritakan riwayat Abdullah bin Ja’far yang terkenal dermawan itu. Beliau adalah putera dari Ja’far bin Abu Thalib, pahlawan yang tewas dalam perang Mu’tah. Suatu kali dia berjalan-jalan pergi memeriksa kebun-kebunnya. Karena hari panas, berhentilah dia melepaskan lelah pada sebuah kebun kepunyaan orang lain. Di sana ada penjaganya seorang budak hitam.
Sedang hari panas terik itu, tiba-tiba masuklah seekor anjing ke pekarangan kebun itu, sedang lidahnya sudah hampir terjela, karena haus dan laparnya. Digoyang-goyangkan ekornya menghadap kepada budak hitam itu minta dikasihani. Di tangan budak hitam itu ada tiga buah roti. Lalu dilemparkannya sebuah. Anjing itu memakannya sampai habis. Setelah habis dia menengadah lagi, meminta lagi. Dilemparkannya pula sepotong lagi, dan dimakan habis lagi oleh anjing itu. Dan dia menengadah lagi, meminta lagi. Lalu dilemparkannya pula, roti satu-satunya yang masih tinggal dalam tangannya dan tidak ada lagi yang lain. Anjing itu pun sudah kenyang, lalu meninggalkan tempat itu. Sedang budak hitam tadi, tidak lagi mempunyai persediaan roti, telapak tangannya telah disapukannya ke celananya.
Abdullah bin Ja’far lalu memanggil budak itu dan bertanya,”Hai Anak! Berapa engkau mendapat pembagian makanan dari tuanmu satu hari ?”
Anak itu menjawab,”Sebanyak yang bapak lihat itulah.” (tiga potong roti).
Beliau bertanya pula,”Mengapa lebih kau pentingkan makanan buat anjing itu daripada dirimu sendiri?”
Dia menjawab,”Hamba lihat anjing itu bukanlah anjing sekeliling tempat ini. Tentu dia datang dari tempat jauh, mengembara karena kelaparan. Maka tidaklah hamba sampai hati melihatnya pergi dengan lapar dan tidak berdaya lagi.”
Beliau bertanya,”Apa yang engkau makan hari ini?”
Budak itu menjawab,”Biar hamba pererat ikat pinggang hamba.”
Mendengar jawaban yang demikian, termenunglah Abdullah bin Ja’far dan berkatalah ia kepada dirinya sendiri,”Sampai dimana aku dikenal sebagai seorang pemurah dan dermawan, padahal budak ini lebih daripadaku. Bersedia dia memberikan makanan yang akan dimakannya satu hari, hanya karena tidak tahan melihat seorang anjing yang nyaris mati kelaparan.”
Lalu dimintanya kepada anak itu supaya ditunjukkan rumah orang yang punya kebun yang dipeliharanya itu. Setelah bertemu orang itu, ditawarnyalah kebun itu. Setelah cocok harganya, langsung dibayarnya. Lalu ditawarnya pula budak penjaga kebun itu dan setelah cocok harga dibayarnya dan dibelinya pula segala alat perkebunan itu. Setelah selesai semua, kembalilah dia ke tempat budak itu, lalu katanya,”Kebun ini telah kubeli dari tuanmu yang lama dan engkaupun telah kubeli pula. Mulai saat ini engkau aku merdekakan dari perbudakan dan kebun ini aku hadiahkan kepadamu. Hiduplah engkau dengan bahagia di dalam memelihara kebunmu ini.”
Tercengang dan terharu budak itu memandang kedermawanan yang demikian tinggi, padahal bagi Abdullah bin Ja’far masih dirasakan, bahwa kedermawanan budak itu masih lebih tinggi dari pada kedermawanan dirinya sendiri.

Selengkapnya...