Di era globalisasi, pendidikan sungguh
menghadapi berbagai tantangan yang semakin berat. Pendidikan tidak hanya
dituntut untuk mengikuti dan menyesuaikan dengan perubahan sosial yang ada,
namun lebih dari itu, juga dituntut untuk mampu mengantisipasi
perubahan dalam menyiapkan generasi muda untuk mengarungi kehidupannya di masa
datang.
Sekolah sebagai suatu sistem memiliki empat
aspek pokok yg sangat berkaitan erat dengan mutu sekolah, yakni: 1. Proses belajar mengajar, 2. Kepemimpinan
dan manajemen sekolah, 3. Sarana prasarana, serta 4. Kultur sekolah. Secara
konvensional program aksi yang dilakukan senantiasa menekankan pada aspek
pertama, yakni meningkatkan mutu PBM, sedikit menyentuh aspek kedua dan ketiga,
dan hampir tidak pernah menyentuh aspek kultur sekolah. Sudah barang tentu
pilihan tersebut tidak terlalu salah, karena aspek pertama itulah yang paling
dekat dengan prestasi siswa.
Namun, sejauh ini bukti-bukti telah
menunjukkan bahwa sasaran peningkatan kualitas pada aspek PBM saja tidak cukup.
Dengan kata lain perlu dikaji untuk melakukan pendekatan in-konvensional yakni,
meningkatkan mutu dengan sasaran mengembangkan kultur sekolah. Faktor penentu
kualitas pendidikan tidak hanya dalam wujud fisik, seperti keberadaan guru yang
berkualitas, ketersediaan sarana prasarana yang lengkap, tetapi juga dalam
wujud non-fisik, yakni berupa "kultur sekolah". Dampak kultur sekolah
terhadap prestasi siswa sangatlah kuat, meskipun tidak bersifat langsung,
melainkan lewat berbagai variabel, antara lain seperti semangat kerja keras,
kebersamaan, rela berkorban dan kemauan untuk berprestasi.
Kultur sekolah sangat vital perannya
bagi sebuah proses pendidikan. Jika budaya sekolah sudah mapan, siapa pun yang
masuk dan bergabung ke sekolah itu hampir secara otomatis akan mengikuti
tradisi yang telah ada. Sayangnya selama ini kita lebih sibuk berbicara
kurikulum, jumlah ketersediaan guru, tunjangan guru, dan target kelulusan dalam
ujian nasional; sedikit sekali berbicara tentang budaya sekolah. Padahal akhir-akhir
ini pemerintah mulai berbicara pentingnya pembentukan karakter dengan
dicanangkannya program Pendidikan Karakter Bangsa (PKB) yang diintegrasikan ke
dalam setiap mata pelajaran.
Tanpa budaya sekolah yang bagus akan
sulit melakukan pendidikan karakter bagi anak-anak didik kita. Sebuah budaya
mengasumsikan kehidupan yang berjalan natural, tidak lagi dirasakan sebagai
beban. Dengan demikian,
proses pendidikan dan beban kurikulum sekolah tidak lagi dirasakan sebagai
beban yang berat.
Kultur Sekolah adalah tradisi sekolah
yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan spirit dan nilai-nilai yang dianut
sekolah. Tradisi itu mewarnai kualitas kehidupan sebuah sekolah. Oleh karena
itu, nilai-nilai yang ditunjukkan dari yang paling sederhana, misalnya cara
mengatur parkir kendaraan guru, siswa, dan tamu, memasang hiasan di
dinding-dinding ruangan, sampai persoalan-persoalan menentukan seperti
kebersihan kamar kecil, cara guru dalam pembelajaran di ruang-ruang kelas, cara
kepala sekolah memimpin pertemuan bersama staf, merupakan bagian integral dari
sebuah kultur sekolah (Pengembangan Kultur Sekolah, Depdiknas, 2004, hlm. 11)
Kultur sekolah merupakan pandangan
hidup yang diakui bersama oleh warga sekolah, yang mencakup cara berfikir,
perilaku, sikap, nilai-nilai dan cara hidup untuk melakukan penyesuaian dengan
lingkungan, dan sekaligus cara untuk memandang persoalan serta memecahkannya. Menurut
Clifford Geertz kultur sekolah dapat dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai,
norma-norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam
perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah ini dipegang bersama baik oleh
kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa, sebagai dasar mereka
dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.
Kultur sekolah yang "sehat"
memiliki korelasi yang tinggi dengan a) prestasi dan motivasi siswa untuk
berprestasi, b) sikap dan motivsi kerja guru,
dan, c) produktivitas dan kepuasan kerja guru/karyawan. Namun demikian, kultur sekolah harus dilihat sebagai suatu kesatuan sekolah yang utuh.
Artinya, harus dilihat dan dijelaskan dalam kaitan dengan aspek yang lain,
seperti, a) rangsangan untuk berprestasi, b) penghargaan yang tinggi terhadap
prestasi, c) komunitas sekolah yang tertib, d) pemahaman tujuan sekolah, e)
ideologi organisasi yang kuat, f) partisipasi orang tua siswa, g) kepemimpinan
kepala sekolah, dan, h) hubungan akrab di antara warga sekolah.
Kepala sekolah harus memahami kultur
sekolah, dan menyadari bahwa hal itu tidak lepas dari struktur dan pola
kepemimpinannya. Pengembangan kultur sekolah yang "sehat" harus
dimulai dari kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah harus mengembangkan
kepemimpinan berdasarkan dialog, saling perhatian dan pengertian satu dengan
yang lain. Biarlah guru, staf administrasi bahkan siswa menyampaikan
pandangannya, mana segi positif dan mana negatif, khususnya berkaitan dengan
kepemimpinan kepala sekolah, struktur organisasi, nilai-nilai dan norma-norma,
kepuasan terhadap kelas, dan produktivitas sekolah.
Kepala sekolah dan guru harus mampu memahami
lingkungan yang spesifik di sekolahnya tersebut. Karena, akan memberikan
perspektif dan kerangka dasar untuk melihat, memahami dan memecahkan berbagai
problem yang terjadi di sekolah. Dengan dapat memahami permasalahan yang
kompleks sebagai suatu kesatuan secara mendalam, kepala sekolah dan guru akan
memiliki nilai-nilai dan sikap yang amat diperlukan dalam menjaga dan
memberikan lingkungan yang kondusif bagi berlangsungnya proses pendidikan.
Sebagai suatu masyarakat kecil,
sekolah merupakan cermin dari masyarakat dimana sekolah itu berada. Apa yang
terdapat dan terjadi di masyarakat, pada dasarnya terwujud juga dalam sekolah.
Di sekolah terdapat aturan-aturan yang mengikat para anggotanya, baik peserta
didik maupun guru. Ada norma-norma dalam pergaulan yang harus dipatuhi,
terdapat interaksi antara sesamanya baik secara individual maupun kelompok,
terdapat konflik-konflik interes baik yang nampak maupun tersembunyi.
Sangsi-sangsi akan dijatuhkan kepada siapa saja yang melanggar tatanan yang ada
dan penghargaan akan diberikan bagi mereka yang berprestasi. Hak-hak dan kewajiban
guru dan murid diakui.
(Diadopsi dan diadaptasi dari berbagai sumber)
Adapun kultur sekolah yang
dikembangkan di SMP Negeri 2 Trenggalek yakni:
· Imtaq
· Ramah
· Sopan
· Disiplin
· Tepat waktu
· Tertib
· Rapi
· Gemar membaca
· Gemar menulis
· Kerja sama
· Gotong royong
|
· Berani
· Jujur
· Tanggung jawab
· Suka menolong
· Keteladanan
· Cinta tanah air
· Bersih diri,
· Peduli lingkungan
· Kesehatan diri
· Rajin menabung
· Setia
|
· Hemat
· Cermat
· Kemauan kuat
· Kerja keras
· Ulet
· Pantang menyerah
· Tabah
· Sabar
· Ikhlas
· Bersyukur
· Suka beramal
|
· Kekeluargaan
· Peduli
· Kompetisi
.
Sportif
· Reorganisasi
· Musyawarah
· Demokratis
· Menerima perbedaan
· Rela berkorban
· Pemberian sangsi
· Penghargaan
|
Foto-foto yang menggambarkan dan merupakan
perwujudan kultur sekolah di SMP Negeri 2 Trenggalek, lihat DI SINI
Selengkapnya...